Jumat, 28 Juli 2017

Thanks For My Grand Mother 28Juli2017

Hai guys,sudah lama saya tidak menulis blog pribadi saya di Lidra Reza Official.Kali ini saya hanya ingin mengucapkan telah beristirahat dengan tenang untuk selama lama nya buat oma tercinta saya bernama Ibu Rosanah.Diakibati sakit sesak nafas dan juga sudah faktor umur.

Intinya terima kasih buat oma , telah membesarkan saya dari lahir hingga dewasa. Terima kasih atas kasih sayang engkau berikan kepada diriku menjadi manusia berguna untuk semua orang dan saya mau minta maaf pas dihari hayatmu,saya sebagai cucu tidak hadir dikarenakan ada kegiatan yang tidak bisa saya tunda.

Saya sebagai cucu oma,bisa hanya mengirimkan doa saja,semoga diterima amal ibdahnya disis Allah SWT dan Semoga kita bisa berjumpa kembali di akhirat jika Allah SWT mengizinkan,amin....

Minggu, 14 Mei 2017

5 Cowok Jagoan The Movie Bakalan Memukau Penonton

Sinema terbaru garapan Multivision Pictures, 5 Cowok Jagoan, bakal hadir di layar lebar Indonesia pada akhir 2017. Menyuguhkan campuran genre action, komedi serta drama, film ini bakal dibintangi aktor beken asli Tanah Air.

Mulai dari Ario Bayu, Arifin Putra, Dwi Sasono, Cornelio Sani, Acho, Nirina Zubir, Tika Bravani, Jajang C. Noer, dan lainnya, bakal kebagian peran dalam film 5 Cowok Jagoan. Anggy Umbara selaku sutradara menggambarkan sedikit soal sinopsisnya.

“Ceritanya tentang lima cowok biasa, ada yang jadi hansip, cleaning service, tukang tipu. Mereka pun bersatu demi menyelamatkan salah satu perempuan,” ujarnya, di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, pada Selasa, 18 April 2017.

Salah satu pemeran dalam film ini, Nirina Zubir, mengaku mendapat banyak ilmu saat proses syuting tengah berlangsung. Berperan sebagai seorang pembunuh bayaran, ia dituntut untuk melakukan sejumlah adegan laga yang cukup menantang.

“Butuh latihan khusus, lumayan dikasih tantangan. Gila, kalau bukan di dunia aktris, saya bakal belajar ini semua enggak, ya,” kata Nirina.

Film 5 Cowok Jagoan direncanakan tayang pada akhir 2017, serta proses syuting yang bakal dimulai 20 April 2017. Belum juga dimulai penggarapannya, namun Anggy optimistis ingin menghadirkan sekuelnya yang kedua.

“Ini sebenarnya warming up dari sekuel selanjutnya,5 Cewek Jagoan. Rilisnya mungkin Ramadan tahun depan,” ujar sutradara Warkop DKI Reborn tersebut. 

Rabu, 19 April 2017

Cerpen : Musuhku Cintaku


Aku Meta. Aku berumur 12 tahun. Sekarang aku pindah ke Jakarta. Hari ini hari pertamaku masuk sekolah. Aku sekolah di salah satu SMP terfavorit di Jakarta.
Waktu menunjukkan pukul 07:00 dan aku masih tertidur lelap. Aku pun terbangun sampai panik saat melihat jarum jam mengarah ke angka tujuh. Aku bergegas mandi sampai aku melupakan sarapan pagi. Supirku sudah siap di depan rumah. Aku pun langsung berangkat ke sekolah. Oh iya, sekolahku di Jakarta Pusat Jl. Johar Baru Percetakan Negara 2. Nama sekolahku adalah SMPN 76.
Aku merasa gugup, kakiku gemeteran. Tiba-tiba ada seorang menepuk punggungku. Sontak aku kaget. Lalu dia memperkenalkan namanya. Gadis yang berambut ikal itu bernama Jeniffer Alambra. Ya, dia memang turunan belanda. Sejak saat itu aku pun dekat dengan dia sampai sekarang.
Sudah sekitar satu bulanan aku bersekolah, Tapi semuanya terasa biasa saja. Sampai suatu hari terjadi suatu kesalah pahaman yang berujung permusuhan antara aku, Jeniffer dengan anak laki-laki yang bernama Reinhart, Lidra Reza, Oneil dan Charlie. Menurutku mereka sangat menyebalkan. Sudah hampir dua bulan kita tidak berbicara satu sama lain. Aku pun muak menghadapi masalah ini.



Aku menangis dan langsung berbicara kepada ibuku. Satu-satunya orang yang mengerti keadaanku. Masalah pun terbongkar sampai telinga orangtua kami. Kami terlihat berteman dari luar, tetapi tidak di dalam. Aku masih merasa sangat kesal dengan mereka. Akan tetapi, semakin lama aku merasa canggung. Akhirnya, aku mengalah dan meminta maaf kepada mereka. Tetapi, Jeniffer masih tidak terima. Semakin lama semakin canggung. Sempat suatu saat Jeniffer ikut nebeng mobil Reinhart. Sampai-sampai ayah Reinhart mulai bertanya. Dengan sontak Reinhart dan Jeniffer mulai berbicara untuk menghilangkan rasa curiga pada ayah Reinhart.
Aku pun menjadi perantara komunikasi antara empat lelaki tersebut dengan Jeniffer. Ini sangat aneh. Seiring waktu berganti, Jeniffer pun menyerah karena dia sudah tidak tahan dengan ejekan mereka “CEPU” itulah yang sering mereka ucapkan. Yang berarti penusuk dari belakang atau pengkhianat. Akhirnya kami berteman kembali.
Tiga bulan pun berlalu, aku merasa ada yang berbeda. Tidak biasanya Lidra dan Charlie menghubungiku lewat sosial media. Betapa terkejutnya aku saat mendapat pesan dari mereka berdua. Mereka menembakku. Aku bingung harus pilih Lidra atau Charlie. Berhubung aku dari dulu menyukai Lidra, ya sudah aku memilih Lidra.
Akhirnya kami resmi berpacaran. Kami masih merahasiakan hubungan kami kepada semua teman-teman kami. Sudah jalan enam bulan rahasia kami pun terbongkar, teman-teman, guru-guru bahkan orangtua aku dan Lidra mengetahauinya. Saat itu hubungan kami semakin membaik. Canda dan tawa selalu menemani hari-hari kami. Sempat waktu itu Lidra menginap di rumah Reinhart selama dua hari satu malam. Pada waktu itu Lidra sedang meneleponku dan dia bersembunyi di lemari pakaian milik Reinhart. Sebernya aku mengetahui bahwa Charlie cemburu melihat aku dengan Lidra. Hubunganku dengan Charlie tak sebaik dulu. Sekarang, aku dan Charlie tidak pernah ngobrol dan saling sapa. Tapi aku tak masalah dan aku tak pedulikan dia karena sekarang aku sudah memiliki Lidra.
Waktu begitu cepat, tak terasa aku dan Lidra sudah satu tahun pacaran. Tapi ada yang aneh. Entah apakah itu tapi aku hanya merasakan ketidaknyamanan. Hubunganku lambat laun tak sebaik dahulu. Kisah cinta yang manis tak lagi ada sekarang hanya tersisa kenangan yang sangat sulit aku lupakan. Ya, aku memang putus dengan Lidra. Padahal aku masih sangat sayang kepadanya. Tapi takdir berkata lain. Aku hanya bisa bersabar dan yakin bahwa ini yang terbaik untukku dan Lidra. Aku mencoba untuk melupakan dia tetapi mengapa ini sungguh sulit? apakah aku terlalu menyanginya hingga sulit tuk lupakan dia?. Kesokan harinya aku masuk sekolah dan bercerita tentang hal ini kepada sahabatku, Jeniffer. Dia memberiku saran agar aku tetap kuat dan sabar. Jeniffer memang ada benarnya. Maka aku pun mencoba untuk tegar dan melupakan Lidra.



Sebulan berlalu tetapi perasaanku masih tetap sama terhadap Lidra. Aku tahu Lidra sudah tidak menyayangiku lagi. Jennifer berkata kepadaku bahwa Lidra sudah memiliki kekasih baru. Betapa sakitnya hatiku ini. Saat aku membuka handphone Charlie memulai obrolan denganku. “Hai , Apa kabar gimana keadaan lo sekarang? Dah lama gak ngobrol bareng.” Begitulah pesannya. Lalu dari saat itulah aku mulai dekat dengan dia, aku suka bercerita tentang apapun kepada dia. Charlie jujur kepadaku bahwa dia masih menyukaiku. Tetapi aku masih sulit untuk melupakan Lidra. Charlie pun mulai PDKT denganku. Memang aku masih sulit melupakan Lidra. tetapi aku berusaha untuk melupakan Lidra. Akhirnya, saat Charlie menembakku aku pun menerima dia. Sebenarnya aku tidak begitu menyukainya tetapi karena kasihan aku pun menerimanya.



Satu minggu pun berlalu perasaanku masih sama. Ya, aku memang belum bisa melupakan Lidra walau pun Charlie masih tidak mengetahui hal tersebut. Karena takut melukai perasaan Charlie, aku pun memutuskan Charlie dan mungkin lebih baik jika kami bersahabat supaya tidak ada yang tersakiti. Bahkan sampai sekarang kami masih bersahabat.

Minggu, 09 April 2017

Heartline Lidra Reza April 9 , 2017 At Bali

Pemandang alam itu yang diciptakan Allah SWT itu indah banget .

Tidak berhenti-henti hambahmu ini mengucapkan syukur karena masih bisa bernafas dan menyaksikan keindahan alam di dunia fana ini.

Rabu, 29 Maret 2017

(Cerita Pendek Milik Lidra Reza ) Harapan Mu Masih Ada


“Hmm, kamu udah belajar untuk besok?”
“Belajar apaan?”
“Kamu nggak tahu apa? Besok akan ada ulangan matematika loh? Aku aja semalam udah belajar. Kemarin juga aku sudah belajar.”
“Emang harus belajar ya? Kamu udah belajar berapa kali?”
“3 kali dari beberapa hari yang lalu.”
“Aku sih nanti malam aja belajar.”
Ira akan menghadapi ulangan matematika esok. Dia belum sama sekali belajar. Pikirannya masih dipenuhi dengan rasa ingin bermain puzzle yang baru diberikan oleh pamannya dari Bogor. Puzzle itu menurutnya sangat menarik. Ira memang menyukai tantangan yang kental akan permainan logika. Tapi dia sendiri dikenal pemalas oleh orangtuanya dalam hal pelajaran. “Ahh, ulangan harian doang. Jangan terlalu dipikirkan lah,” gerutunya. Malam ini Ira disibukkan dengan kumpulan rumus matematika yang menyebalkan. Dia harus bermain keringat mengingat belum ada persiapan untuk ulangan besok. Tidak biasanya dia makan malam pukul setengah tujuh.
BUUKK… BUUKK….
Buku-buku berjatuhan di meja belajarnya. Terdengar jelas dari kamar ibunya.
“Ira, kamu kok tumben belajar lebih awal?” tanya Ibu.
“Besok ada ulangan matematika Bu. Aku belum belajar dari kemarin.”
Ibu sudah tahu persis kebiasaan anaknya yang selalu menggunakan sistem kebut semalam. Besoknya ulangan, malam ini baru belajar. Ibunya sudah berkali-kali memperingati Ira agar jangan dibiasakan kebut semalam. Namun, Ira tidak peduli. Yang penting belajar, dan dapat nilai bagus. Secepatnya.



Pagi ini Ira ditemani dengan mata kuyu dan leher pegal-pegal karena belajar keras semalaman. Seragam yang rapi namun terlihat agak aneh kembali diperlihatkannya. Dikatakan aneh karena ukuran seragam yang ia kenakan tidak sinkron dengan ukuran tubuhnya yang terkesan mungil. Hampir tiap hari kelasnya dibuat heran dengan Ira.
“Tuhan maha adil kok. Aku kan udah belajar keras. Jadi aku berhak dong dapat nilai yang bagus. Setidaknya rasa malasku udah hilang ditelan awan,”
“Ya aku mengerti. Tapi, coba pikirkan seberapa usahamu untuk belajar?” Lidra menimpali.
“Lid, aku ini semalaman sudah belajar. Apa itu masih kurang? Bukankah aku sudah menuruti saranmu untuk menambah buku referensi? Kurang apa lagi coba?”
“Suatu saat kamu akan mengerti kok,” ujar Lidra tersenyum.
Ulangan matematika berlangsung. Semua siswa terlihat hening, tak terkecuali Pak Yasir. Sosok tenang namun paling ditakuti saat mengawas suatu ujian di kelas. Suara batuk dan sejenisnya saja sudah membuatnya curiga. Begitu juga dengan suara pulpen jatuh. Perawakan wajahnya mungkin masih terlihat kalem. Tapi ketika dia sudah mengambil langkah untuk berkeliling di sekeliling kelas, jantung para siswa mulai berakselerasi cepat. “Kemarin di kelas sebelah, sudah kejadian. Ada yang tertangkap basah saling berbisik. Langsung saya bikin nol di buku nilai. Saya harap kelas ini bukan yang berikutnya,” jelas Pak Yasir sembari membenarkan saku bajunya. “Gila! Suara bisikan saja dia masih bisa dengar?” gumam Ira dalam hati. Dia mulai tidak tenang.
“Gimana Ira? Menyenangkan bukan ulangan edisi hari ini?”
“Hmm, menurut kamu?”
“Oh ya, ini untuk pertama kalinya Pak Yasir membuat soal pilihan ganda. Bisa kan?”
“Yah lihat saja nanti,” jawab Ira malas.

Ira menikmati permainan puzzle sembari ditemani Lidra. Tangannya begitu lihai. Jari-jemarinya sangat gemulai menari dengan puzzle. Pemandangan langit sore membuatnya sedikit tenang dari beban matematika. Apalagi di pinggir danau yang menjadi langganan mereka di waktu senggang. Sinar oranye matahari menjadi kesukaannya. Ira termasuk penyuka warna oranye. Terlihat dari warna dominan yang paling sering ia gunakan.
“Menurutmu, menyusun puzzle ini mudah nggak?”
“Aku aja belum pernah menyentuh puzzle, apalagi mengotak-atik. Gimana sih kamu,” balas Lidra dengan senyuman singkatnya. “Makanya belajar dong, hehehe,” canda Ira.
“Lidra, kira-kira nilai matematika punyaku berapa ya?”
“Menurutmu? Tadi waktu mengerjakan, merasa gampang nggak soalnya?”
“Namanya saja matematika, butuh otak yang encer untuk mengerjakannya,” kata Ira sedikit kesal.
“Menurutku tadi lumayan kok. Karena aku udah belajar. Eh bentar, emang dalam menyelesaikan puzzle itu kamu merasa otakmu encer gak?”
“Simpel banget sih jawaban kamu? Emang strategi harus belajar?” Ira mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Saat ini aku hanya bisa menjelaskan padamu bahwa kamu harus belajar! Lagian kamu kalau aku jelasin panjang lebar, ekspresimu kayak gak ada arahnya gitu. Sok begolah. Satu lagi, aku belajar dari minggu yang lalu, malam tadi aku gak belajar. Aku main game. Karena aku nggak mau membuang banyak tenaga sebelum perang,”
“Oh, lihat aja nanti nilainya.”







Hari ini nilai ulangan diumumkan. Lidra meraih nilai tertinggi, yaitu 97,5. Bukan hal baru karena Lidra dikenal paling master dalam hal matematika di kelasnya, bahkan seluruh penjuru SMA-nya. Ulangan matematika kali ini memang dibuat sedemikian rupa sehingga para siswa selain dituntut paham rumus, juga harus menggunakan logikanya. Nilai yang menyentuh angka 90-an hanya ada empat orang. Ira lagi-lagi harus tertipu dengan dugaannya. Dia merasa mengerjakan soal dengan tipe pilihan ganda adalah yang paling sulit. Ini kekalahan yang kesekian kalinya. Angka 40 tertera rapi di lembar jawaban yang dia terima. Deretan tulisan angka yang dia tulis secara manis rasanya seperti kertas yang siap dibakar. Tulisannya sama sekali tak bermakna. Seakan-akan upaya penuh keringat semalaman waktu itu hanya sebatas skenario belaka. Tidak berarti sedikit pun. Rasanya Ira ingin sekali menangis.
“Sudah kamu lihat hasil jerih payahmu?” tanya Lidra.
  Ira terdiam. Dia tidak menjawab. Pikirannya dipenuhi dengan perasaan ingin menangis.
“Jadi, apa kamu ingin mengulanginya lagi?”
  Ira hanya membisu. Namun ia sedikit menggelengkan kepala.
“Terus, apa impianmu selanjutnya?”
“Maafkan aku Lidra, aku memang salah. Tapi, aku sudah berusaha. Aku ingin lebih baik,” jawab Ira dengan muka dukanya. Sesekali ia mengusap matanya yang sedikit mengeluarkan air.
“Aku mengaku salah. Aku tidak menuruti nasihatmu, dan aku tak berguna,” tambahnya.
Lidra menarik napas panjang. “Sejujurnya aku simpati sama kamu. Aku tak tega melihatmu selalu mendapat nilai yang mengecewakan. Hari-harimu di sekolah sungguh terlihat bahagia. Hari-harimu di rumah juga terlihat bahagia. Tapi, saat ujian datang, senyum yang biasanya selalu kamu curahkan pada orang lain, seakan hilang diterpa angin kesialan. Kenapa sih kamu selalu sial saat ulangan, ujian, dan tiap ada tes. Apa orangtuamu tidak membenarkan semua kesalahanmu? Apa mereka tidak peduli lagi? Atau kamu yang selalu mengabaikan semuanya dari mereka? Kamu itu temanku, sahabatku. Bahkan ku anggap seperti saudaraku sendiri. Apa kamu tidak menyadarinya?” Air mata Ira luruh. Wajahnya basah. Semua kata yang ke luar dari Lidra terlihat bersemayam tajam di relung hatinya hingga luluh. “Ya aku salah. Aku sungguh tidak mengerti harus bagaimana lagi,” kata-kata pasrah yang biasa Ira keluarkan pun mengalir juga dari bibirnya.
“Ra, nilai-nilai yang telah kamu peroleh sungguh tak satu pun yang tak berarti. Termasuk nilai yang buruk di mata siapa pun. Dengan adanya kesalahan bisa menjadi pengalaman bagimu. Dengan kesalahan mungkin kamu akan menyesal. Kata pepatah itu menyesal tiada berguna. Memang itu benar, karena menyesal tidak akan membalikkan keadaan. Namun, pentingnya menyesal walaupun hanya setitik mungil adalah saat itulah kamu sadar, hatimu masih berfungsi manakala kamu telah sadar jika kesalahan sudah diperbuat. Dengan menyesal kamu akan berjanji untuk tidak mengulangi lagi. Hanya saja pedihnya sesal adalah selalu ada di ujung perjalanan. Tapi yakinkan olehmu bahwa ini bukan yang terakhir. Kesempatan dan peluang masih ada di depan jalanmu. Kamu akan menemuinya jika kamu yakin.”
“Aku mengerti apa yang seharusnya kamu perbaiki. Aku mengeri kamu salah. Tapi, semuanya tergantung bagaimana cara menyikapinya. Aku sudah menghargai jerih payahmu. Walaupun itu masih salah. Semuanya butuh proses. Di sini aku tidak ingin mencari kesalahanmu, tapi aku hanya ingin mencari apa yang menjadi kelebihanmu dan itu harus kamu kembangkan supaya kedepannya jauh lebih baik seperti yang diharapkan. Kamu sudah mengerahkan seluruh tenagamu. Di ujian sebelumnya, nilaimu dapat 20. Dan ujian ini, nilaimu naik menjadi 40. Ini bukan ironi. Tapi ini kemajuan yang sudah tampak nyata terpampang dari dirimu sendiri. Apalagi kamu tidak berbuat curang. Kamu sudah lebih baik. Dan ingat! Jangan menyebut dirimu tidak berguna! Selagi kamu punya kesempatan menghirup damainya hidup di dunia, kamu masih berguna. Semua karyamu akan ditunggu. Semua tenagamu masih akan dibutuhkan,”



Lidra melanjutkan ceritanya, “kesadaranku sudah berbicara pada diriku sendiri jika apa yang selalu menjadi kebiasaanmu bisa menjadi uang berharga di waktu kelak. Kamu pintar bermain puzzle. Sedangkan aku sama sekali tidak memahaminya. Kamu sudah cukup lincah dengan tanganmu yang menari-nari elok di sela-sela puzzle yang begitu menguras energi otak. Aku mengerti kamu awalnya tak mengerti apa-apa dari puzzle itu. Tapi strategimu yang selalu kamu tanamkan yaitu kamu selalu membiasakan diri berlatih, berlatih, dan berlatih sehingga lambat laun tanganmu terbiasa dengan puzzle. Kamu berbakat. Coba terapkan dalam belajarmu. Dan jangan lagi mengucapkan jika kamu tidak ada harapan lagi. Aku udah lihat di media sosial punya kamu. Dan hindarilah perkataan yang menjurus untuk mengutuk dirimu sendiri. Percayalah!”



Ira tersadar apa yang dikatakan Lidra benar. Dia menyesali kebiasaannya dalam belajar yang selalu menunggu. Dia juga memahami kebodohannya dalam menerapkan sistem kebut semalam yang sama sekali tidak efektif. Hanya saja pengakuan kejujuran terhadap dirinya sendiri masih perlu dibangun. Dia sudah paham apa yang telah dikatakan Lidra apabila semua kelebihan pada dirinya harus dikembangkan lagi seperti lelakon dirinya yang terus berusaha mendapatkan hal baru tanpa kenal mundur. Selama ini Ira hanya menganggap dirinya boneka yang selalu dimanja dan wayang yang selalu mengikuti apa yang dunianya inginkan. Dia mulai tergerak setelah sadar akan pentingnya diri sendiri untuk kehidupannya.
Bahkan orangtua Ira pernah bilang kalau anaknya selalu ingin dimanja dan tampak tidak memiliki bakat apa pun hingga akhirnya Ira beranggapan bahwa semua impian dalam benaknya hanyalah skenario belaka. Namun pasca obrolan berharga dari Lidra yang telah menjelaskan jika dirinya masih punya banyak kesempatan dan peluang untuk merebut dunianya dari cengkeraman dunia luar yang begitu membunuh. Segala sesuatu pasti ada baik dan buruknya. Tapi, ambil saja apa yang baik. Jangan disia-siakan. Semuanya akan bermanfaat. Tergantung bagaimana cara kita mengelolanya.
Saat ini Lidra tidak lagi menanamkan konsep belajar instan sesaat yang intinya hanya mengincar nilai dan menginginkan banjir pujian. Belajar adalah proses, bukan kunci pintas. Ira tidak mengutuk dirinya sendiri yang selalu disibukkan dengan permainan puzzle yang baginya menggiurkan dan menurut ibunya akan merampas waktu belajarnya, bahkan dia akan terus melatih pikirannya dan mengaplikasikannya dalam belajar akademik di sekolah. Dia akan menggunakan konsep bermain puzzle yang belajar terus menerus tanpa mempedulikan hasil akhir, namun hal baru apa yang harus dia peroleh dari aturan main ini. Baginya, bermain puzzle sama halnya dengan mencari kebenaran. Dia akan terus berlatih dan mencari agar puzzle itu dapat di otak-atik sebagaimana mestinya tentunya dengan berbagai cara hingga tidak membosankan. Lidra mengakui bakat Ira.
Ira berjanji pada dirinya sendiri. Hidupnya bukan untuk semata mengejar segala keinginan dalam dirinya, namun untuk mencari siapa dirinya dan untuk apa dia sesungguhnya. Jika Ira harus berprinsif hidupnya untuk mengejar segala keinginannya, rasanya terlalu dini dan nyaris mustahil. Karena segala keinginan itu memang harus berasal dari dirinya sendiri. Dirinya saja belum bisa dia temui, bagaimana dengan keinginannya? Bangunlah dirimu, Ira !

Cerita Harapan Mu Masih Ada merupakan cerita pendek karangan Lidra Reza .

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

Senin, 27 Maret 2017

Heartline Lidra Reza March 28, 2017 Surprise Telkomsel

 
Waking up early in the morning before, directly to the studio prativi in the central Jakarta malioboro pasar baru for voice over Rafathar The Movie production help Raffi Ahmmad.I want make for 3D effects, because impressions Eid Ramadan fast 2017.Completed before 2017 ya ???
 
This afternoon, the new home of the activity. A call from Telkomsel, said Reza Lidra cappella video has been released in http://www.vidio.com/ or can go directly https://www.vidio.com/watch/484296-lidra-reza-jakarta-karena-cinta -asyiknyajadibintang. Supposed to say? Tuesday, March 28, 2017 a lot of surprise? Though my Suaran mediocre, even lack of confidence. So shame nih? Going much like or unlike ya ??? Positive or negative coment yes. If no one was fitted at the office of SCTV Tower Shooting for vidio.com deh ??? If no one was fitted at the office of SCTV Tower Shooting for vidio.com deh ??? For vidio.com program of cooperation with Telkomsel with the name of the show #AsyiknyaJadiBintang #kartuas #telkomsel .
 If given a new vocal group, okey ??? It telkomsel order soloist, so his death my style. Even now been posted video on Vidio.Com what can I say now? Can only surrender to God just me now. Jai miss her at Trio Broadcasters so ???
- Lidra Reza -

Heartline Lidra Reza March 27, 2017 The Next Boy/Girl Band Indonesia


Dear diary ...
Not only handsome, a member of the boy / girl band certainly should be good dream dance, sing and have a charming personality. The only one in Indonesia, first aired in Asia, running second in the world, this is the talent show boy / girl band GlobalTV latest offering, The Next Boy / Girl Band!Two teams selection of top producer of well-known music labels competing for boyband / girlband are not only the best but also loved by the fans.Before the contestants exhibit the ability to sing, they compete with each other in such and dancing skills first. Judging process will be more exciting when the participants were also assessed in candid, there will be a hidden camera at practice until the sudden interview session by fans.Capital looks alone are not enough, the boy band / girl group must also have a great sound. Guided by professional trainers in the field, the participants had a week to practice and enhance their appearance. Participants will be judged on the hard work, cooperation, personality and also the quality of their performance on stage.



Currently I am again pleased to see the talent in singing bindang especially The Next Boy / Girl Band Indonesia Season 1 held by GlobalTV. Because really quality vocal in his bernanyanyi? But also its more solid teamwork. No matter how busy my activities in the world of entertainment ndonesia, I definitely took myself to witness firsthand the events The Next Boy / Girl Band Indonesia once a week to GlobalTV studio. Sorry I can not bocorin anybody participants? Because soon appear in GlobalTV in April 2017 this.


- Lidra Reza -